Home » » Memperingati Hari Ibu

Memperingati Hari Ibu


Suatu ketika, Abdullah bin Umar melihat seorang pemuda bertawaf sembari menggendong ibunya. Selesai bertawaf, si pemuda datang menemui Ibnu Umar. Ia berkata, “Wahai sahabat Rasulullah, apakah menurutmu, aku telah memenuhi hak-hak ibuku?” Ibnu umar menjawab, “Tidak, walau dengan menjatuhkan satu talak (guna memuasakan hatinya), walau dengan satu rintihan yang kamu lakukan. Karena perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh ibumu semata-mata untuk mengharapkan kehidupanmu, sementara kamu menunggu dan mengharap kematiannya.”

Di lain kesempatan, seorang pemuda menghampiri Rasulullah SAW. Maksud kedatangannya adalah meminta izin untuk berjihad bersama beliau. Sebelum meng-iya-kan permintaan pemuda ini, terlebih dahulu nabi bertanya, “Apakah kedua orang tuamu masih hidup?” Pemuda ini menjawab, “Iya.” Beliau pun kemudian berkata, “Kalau begitu, berjihadlah di jalan mereka (dengan berbakti kepada kedua orang tuamu).

Seorang sahabat nabi bernama Ibnu Mas`ud pernah bertanya kepada Nabi SAW perihal amalan-amalan terbaik di sisi Allah SWT. “Amal apakah yang paling dicintai Allah SWT?” Beliau menjawab, “Shalat (yang dilakukan) tepat pada waktunya.”

Ibnu Masu`d kembali kembali, “Lalu apa ?” Beliau menjawab, “Berbakti kepada kedua orang tua.”

“Lalu apa lagi?” Beliau menjawab, “Jihad di jalan Allah.”

Tiga kisah di atas merupakan peristiwa agung tentang sesuatu yang agung pula: berbakti kepada orang tua, ayah-ibu kita. Panggung sejarah melahirkan manusia-manusia agung berkat sikap mereka menomorsatukan ayah-ibunya, berbakti kepada keduanya dengan sepenuh hati. Keberhasilan dan kesuksesan siapa pun tak dapat dilepaskan dari peran orang tua, utamanya seorang ibu. Tragisnya, di pinggir-pinggir jalan perkotaan, di tengah hilir-mudik manusia di pasar-pasar mereka, di tengah panas teriknya mentari, kita menyaksikan orang-orang yang telah lanjut usia, ringkih, berjalan membungkuk, wajah yang keriput termakan usia, mereka duduk di pinggir jaan, tersengat matahari, tersiram hujan dengan hawa udara yang menusuk tulang. Di manakah, keluarga atau anak mereka itu ? “Orang tua adalah pintu pertengahan menuju surge. Bila engkau mau, silakan engkau pelihara. Bila tidak mau, silakan untuk tidak memperdulikannya,” sabda Nabi SAW

Di tempat yang lain, di tengah kesuksesan seorang pemuda, memiliki istri yang cantik nan jelita, rumah mewah, mobil, harta, kedudukan, status sosial yang tinggi, dihormati oleh banyak orang, orang tuanya hidup tidur berhimpitan dengan ‘teman sebayanya’ di panti jompo, makan seadanya, menunggu ajal datang menghampirinya. Kini, sang ibu yang telah melahirkan, merawat, membesarkan, dan mendidik anaknya yang tengah naik daun itu harus bersabar, mengelus dada, dan menerima nasib apa adanya.

Ada seorang Lansia curhat kepada pengurus sebuah panti jompo yang letaknya dekat dengan rumah saya. Kata bapak pengurus, para Lansia itu kerap menyesalkan sikap anaknya yang menitipkan dirinya di panti jompo. “Dulu, saya merawat anak-anak itu, saya sekolahkan sampai perguruan tinggi, saya beri makanan yang baik dan bergizi. Tapi kini, apa yang saya terima? Mereka mencampakkan begitu saja, diacuhkan, dan pada akhirnya dititipkan di sini (panti).

“Sungguh kasihan, sungguh kasihan, sungguh kasihan,” kata Rasulullah. Salah seorang sahabat bertanya, “Siapa yang kasihan, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Orang yang semapt berjumpa dengan orang tuanya, kedua-duanya, atau salah seorang di antara keduanya, saat umur mereka sudah menua, namun tidak bisa membuatnya masuk surga.”

Tepat sekali ucapan Sayidina Abdullah bin Umar yang berkata, “Perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh ibumu semata-mata untuk mengharapkan kehidupanmu, sementara kamu menunggu dan mengharap kematiannya.”

Sahabat, sebagaimana kita memperlakukan orang tua kita , seperti itulah kelak anak-anak kita mempergauli kita. Pergaulilah orang tua kita dengan lemah lembut, taat, bakti, niscaya keturunan kita di masa depan akan melakukan hal yang sama. Jangan sia-siakan.

Selamat Hari Ibu 22 Desember 2011